Sebagai negara yang kaya akan budaya, banyak sekali tradisi di masyarakat Indonesia yang masih dilestarikan hingga sekarang. Tidak terkecuali tradisi Idul Adha di berbagai daerah.
Umumnya, Hari Raya Idul Adha memang identik dengan memotong hewan kurban. Namun, ternyata beberapa daerah di Indonesia mempunyai tradisi unik dalam menyambut Hari Raya Idul Adha, lho.
Penasaran apa saja tradisi Idul Adha di Indonesia? Yuk, simak informasi lengkapnya di bawah ini!
BACA JUGA: 13 Ide Liburan yang bisa dilakukan bersama Keluarga
Daftar Tradisi Idul Adha di Berbagai Daerah Indonesia
Berikut ini adalah berbagai tradisi yang kerap dilakukan masyarakat Indonesia pada perayaan Idul Adha.
1. Meugang (Aceh)
Meugang merupakan tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat, dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh. Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur umat muslim kepada Allah Swt.
Proses tradisi meugang umumnya diawali dengan memotong hewan kurban. Kemudian daging tersebut akan dibagikan kepada warga sekitar atau fakir miskin.
Walaupun inti dari tradisi ini adalah penyembelihan dan pembagian hewan kurban, tapi ada juga masyarakat yang membeli daging di pasar untuk dibagikan kembali. Tradisi ini bertujuan untuk mempererat hubungan kekeluargaan.
2. Apitan (Semarang)
Tradisi Idul Adha selanjutnya adalah apitan di Semarang. Tradisi ini berasal dari adanya bulan yang diapit, yakni bulan Syawal dan Zulhijjah. Rangkaian acara pada tradisi ini dimulai dengan aksi kuda lumping dari kelompok kesenian Turonggo Seto.
Dulunya, tradisi ini menjadi suatu sarana dan prasarana untuk kegiatan sedekah bumi apitan yang akhirnya dikembangkan menjadi kegiatan yang merakyat dan bisa menghibur masyarakat Sampangan Semarang.
Oleh karena itulah, apitan disebut sebagai bentuk syukur warga terhadap rezeki atau hasil bumi yang Allah Swt berikan. Masyarakat yang ikut serta dalam apitan akan berebut untuk mengambil hasil tani yang menjadi arakan.
3. Gamelan Sekaten (Surakarta)
Pada mulanya, gamelan sekaten merupakan pusaka milik Kerajaan Mataram yang terdiri dari dua perangkat, yaitu Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Guntur Sari. Kedua gamelan ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung di tahun 1644 M.
Selain dilakukan pada Idul Adha, tradisi ini juga rutin dilakukan menjelang Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad saw. Namun, khusus perayaan Idul Adha, tabuhan musik gamelan digelar setelah salat Idul Adha.
Umumnya, masyarakat yang menyaksikan gamelan sekaten akan mengunyah kinang. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kegiatan mengunyah kinang bertujuan agar mereka bisa mendapatkan umur panjang dan menyaksikan tradisi ini di tahun-tahun berikutnya.
4. Manten Sapi (Pasuruan)
Salah satu tradisi Idul Adha yang tak kalah unik juga bisa ditemukan di Pasuruan. Manten sapi adalah tradisi memandikan dan menghias sapi kurban dengan cantik.
Sapi tersebut akan diberikan kalung bunga tujuh rupa yang dibalut dengan kain kafan, sorban, dan sajadah. Kemudian semua sapi akan diarak menuju masjid untuk diserahkan kepada panitia kurban.
Masyarakat setempat mengadakan acara ini dengan tujuan untuk memberi penghormatan terhadap sapi dan hewan kurban yang akan disembelih keesokan harinya.
5. Grebek Gunungan (Yogyakarta)
Tradisi Idul Adha di Indonesia yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi. Grebek gunungan merupakan tradisi yang digelar oleh Keraton Yogyakarta untuk memperingati Hari Raya Idul Adha.
Tradisi turun-temurun ini sangat identik dengan arak-arakan atau kirab gunungan. Nantinya, akan ada tujuh buah gunungan yang tersusun sedemikian rupa dan dibagi ke tiga tempat berbeda, yakni halaman Kagungan dalem Masjid Gede, Pendopo Kawedanan Pengulon, dan Kepatihan Serta Puro.
Sama seperti apitan di Semarang, masyarakat yang datang menyaksikan tradisi ini juga akan berebutan hasil tani yang diarak. Sebab, menurut kepercayaan setempat, jika berhasil mengambil hasil bumi dalam bentuk gunungan, maka akan mendatangkan berkah.
6. Mepe Kasur (Banyuwangi)
Menjelang Idul Adha, masyarakat suku Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi, juga menggelar tradisi unik bernama Mepe Kasur atau Menjemur Kasur. Tradisi ini biasa dilakukan sejak pagi hingga siang hari.
Uniknya, dalam tradisi ini, semua kasur yang dijemur memiliki warna sama, yakni merah dan hitam. Merah memiliki arti berani dan hitam berarti langgeng. Tradisi ini dilakukan menjelang hari raya kurban dengan tujuan untuk menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
7. Toron dan Nyalase (Madura)
Masyarakat Madura juga memiliki dua tradisi unik pada Idul Adha, yakni pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. Adapun tradisi mudik saat Idul Adha disebut tradisi Toron yang berarti turun ke bawah dalam bahasa Madura.
Jadi, orang-orang Madura yang sedang merantau atau bekerja di luar daerah akan pulang ke kampung halamannya. Sedangkan nyalase dalam bahasa Madura berarti nyekar atau ziarah ke makam untuk mendoakan para leluhur. Kegiatan nyalase ini biasa dilakukan setelah pelaksanaan salat Idul Adha.
8. Ngejot (Bali)
Masyarakat muslim di Bali juga memiliki tradisi unik pada momen Idul Adha yang bernama ngejot. Tradisi ini merupakan rutinitas umat beragama di Bali untuk merayakan hari penting dalam keagamaan, termasuk saat Idul Adha.
Seperti yang diketahui bahwa perbedaan agama dan toleransi yang tinggi di masyarakat Bali berhasil menghasilkan tradisi yang penuh makna. Begitu juga dengan tradisi Ngejot.
Nantinya, masyarakat muslim di Bali akan menjalankan tradisi ini dengan berbagi makanan, minuman, dan buah kepada tetangga non-muslim. Kegiatan ini menjadi bentuk syukur masyarakat muslim terhadap tetangganya yang memiliki toleransi tinggi.
9. Kaul Negeri dan Abda'u (Maluku Tengah)
Selanjutnya, ada tradisi kaul negeri dan abda'u dari Maluku Tengah. Tradisi ini dilakukan sesaat setelah melaksanakan salat Idul Adha berjemaah. Jadi, kaul dan abda'u merupakan tradisi adat puncak dari serangkaian parade budaya yang dilakukan oleh masyarakat Tulehu.
Tradisi ini tidak hanya dilakukan oleh satu desa, tapi juga melibatkan masyarakat dari desa-desa di sekitarnya. Menariknya, ternyata tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-17, lho.
Dalam prosesnya, pemuka adat dan agama di Negeri Tulehu akan menggendong tiga ekor kambing dengan kain setelah salat Idul Adha selesai. Kemudian mereka akan berjalan mengelilingi desa dengan iringan takbir dan selawat menuju masjid. Baru setelahnya dilakukan penyembelihan hewan kurban.
10. Accera Kalompoang (Gowa)
Tradisi Idul Adha di Indonesia yang terakhir adalah accera kalompoang di Gowa, Sulawesi Selatan. Tradisi ini merupakan acara resmi untuk mencuci benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa.
Accera kalompoang dilakukan selama dua hari berturut-turut, tepatnya sehari sebelum Idul Adha dan di hari raya itu sendiri. Prosesi tradisi ini akan dilakukan di Istana Raja Gowa atau Rumah Adat Balla Lompoa.
BACA JUGA: Apa Itu Paket Roaming? Ini Penjelasan Arti Beserta Fungsinya
Yuk, Lestarikan Tradisi Idul Adha di Indonesia yang Penuh Makna Ini!
Sebagai generasi muda, kamu bisa banget ikut melestarikan tradisi Idul Adha di Indonesia. Mulai dari tradisi menurut budaya setempat hingga menjadi panitia kurban dan ikut kegiatan sosial lainnya.
Tentu nggak harus besar, yang penting kamu terlibat dan membawa semangat kebersamaan yang menjadi esensi dari Idul Adha itu sendiri. Sementara buatmu yang pengin tahu lebih banyak tentang tradisi tersebut, bisa browsing di internet atau melihat prosesi tradisinya di YouTube.
Kamu bisa beli Paket Xtra Combo Mini dari XL untuk nikmati browsing internet sepuasnya dengan tambahan kuota YouTube biar kamu bisa streaming seputar tradisi Idul Adha di Indonesia. Yuk, dapatkan paket internetnya dengan harga murah mulai dari Rp10.000-an sekarang juga!

















































































